A.
Kalimat Pernyataan
Pengertian
logika matematika termasuk logika modern dan logika tradisional dengan
pentingnya belajar logika secara panjang lebar disajikan dalam buku materi
pokok (modul) mata kuliah Pengantar Dasar Matematika. Khusus dalam sajian sekarang
kita akan mengawalinya dengan salah satu konsep dasar logika matematika yang
disebut pernyataan atau proposisi (propotition).
1.
Kalimat Pernyataan
Dalam pelajaran
logika matematika kalimat pernyataan haruslah dibedakan dengan
kalimat-kalimat biasa dalam bahasa sehari-hari. Kalimat pernyataan atau
disingkat dengan pernyataan tidak sama dengan kalimat biasa, sebab dalam
kalimat biasa sering dipilih kata-kata yang pantas, yang mudah, kiasan atau
ungkapan yang kabur, dan kadang-kadang dipakai kata-kata yang bermakna ganda.
Sebaliknya dalam pernyataan tidaklah demikian, tetapi kalimatnya haruslah
lengkap, tidak kabur dan jelas.
Suatu ciri logis
dalam pelajaran matematika, bahwa yang dimaksudkan dengan pernyataan yaitu
suatu kalimat yang hanya benar saja atau salah saja, tidak dua-duanya pada saat
yang sama, artinya tidak sekaligus benar dan salah. Sedangkan kalimat yang
benar tidak, salahpun tidak adalah bukan pernyataan. Untuk lebih
jelasnya kita perhatikan tiga kelompok contoh berikut ini.
Contoh 1 (Pernyataan
yang benar) :
a. Jakarta adalah ibu kota negara Republik
Indonesia
b. Jika x = 4,
maka 2x = 8
c. Himpunan
kosong merupakan himpunan bagian dari setiap himpunan
Contoh 2
(Pernyataan yang salah) :
a. Udara adalah
benda padat
b. x – y = y – x;
x y 2
c. Setiap
bilangan prima adalah ganjil
Contoh 3
(Bukan pernyataan) :
a. x + 7 = 0
b. x2 + 2x – 15
= 0
c. a + b > 9
Istilah-istilah
lain untuk pernyataan adalah kalimat matematika tertutup, kalimat
tertutup, kalimat deklaratif, statement, atai proposisi. Sedangkan istilah lain
untuk kalimat yang bukan pernyataan adalah kalimat matematika terbuka
atau kalimat terbuka. Namun ada beberapa akhli logika dalam bukunya yang
membedakan istilah pernyataan dan istilah proposisi. Hal ini berhubungan dengan
pemakaiannya. Istilah pernyataan (statement)
digunakan untuk menyatakan, sedangkan istilah proposisi (proposition) digunakan untuk kalimat tertutup. Akan tetapi pada
umumnya para ahli logika tidak membedakan pengertian pernyataan dan pengertian
proposisi.
2.
Pernyataan Tunggal dan Pernyataan Majemuk
Suatu kalimat
selain dapat dibedakan atas pernyataan dan bukan pernyataan, kalimat itu
dibedakan pula atas pernyataan tunggal (simple
statement) dan pernyataan majemuk (compound
statement). Pernyataan tunggal atau pernyataan sederhana ialah pernyataan
yang tidak memuat pernyataan lain sebagai bagiannya. Pernyataan majemuk itu
bisa merupakan kalimat baru yang diperoleh dari penggabungan bermacam-macam
pernyataan tunggal.
Contoh 4
a. Pernyataan
“19 adalah bilangan prima” dapat dilambangkan dengan huruf “p” saja.
b. Pernyataan “x2
= 1” dilambangkan “r”, dan sebagainya.
Dua pernyataan
tunggal atau lebih dapat kita gabungkan menjadi sebuah kalimat baru yang
merupakan pernyataan majemuk. Sedangkan tiap pernyataan bagian dari pernyataan
majemuk itu disebut komponen-komponen pernyataan majemuk. Komponen-komponen
dari pernyataan majemuk itu tidak selamanya harus pernyataan tunggal, tetapi
mungkin saja berupa pernyataan majemuk. Namun yang perlu untuk kita adalah
bagaimana mengusahakan cara menggabungkan pernyataan-pernyataan tunggal menjadi
pernyataan majemuk.
Untuk
menggabungkan pernyatan-pernyataan tunggal menjadi pernyataan majemuk dapat
dipakai kata hubung atau kata perangkai yang disebut
operasi-operasi logika matematika. Dalam pelajaran logika ini Anda jumpai
operasi-operasi seperti dalam pelajaran matematika lainnya, yaitu operasi binar
(binary operation), atau operasi yang dikenakan pada dua pernyaan dan operasi
monar (monary operation) operasi pada
sebuah pernyataan.
Operasi-perasi
yang dapat membentuk pernyataan majemuk yang kita kenal adalah:
1. Negasi atau
ingkaran atau sangkalan, dengan kata penyangkalan “tidaklah benar”.
2. Konjungsi,
dengan kata perangkai “dan”.
3. Disjungsi dengan
kata perangkai “atau”.
4. Implikasi
atau kondisional, dengan kata perangkai “jika … maka …”.
5. Biimplikasi
atau bikondisional, dengan kata perangkai “ … jika dan hanya jika …”.
Untuk lebih
memahami pernyataan-pernyataan mejemuk dapatlah kita perhatikan beberapa contoh
berikut ini.
Contoh 5
a. Bunga mawar
berwarna merah dan bunga melati berwarna putih.
b. Ani dan Ana
anak kembar
c. Cuaca cerah
atau udara panas.
d. Jika x > 0
maka = x.
e. Suatu
segitiga adalah sama sisi jika dan hanya jika ketiga sudutnya sama.
f. Tidaklah
benar bahwa 15 adalah bilangan prima.
Contoh 5. a
adalah pernyataan majemuk yaitu suatu konjungsi, sebab pernyataan “Bunga mawar
berwarna merah dan bunga melati berwarna putih” terdiri dari dua pernyataan
tunggal sebagai komponen-komponennya, yaitu : “ Bunga mawar berwarna merah” dan
“Bungan melati berwarna putih”. Sedangkan contoh 5. b adalah bukan pernyataan
majemuk bentuk konjungsi, sebab dalam contoh ini tidak memuat dua komponen
meskipun menggunakan kata “dan” tetapi ini adalah pernyataan tunggal yang
menyatakan hubungan. Tetapi contoh-contoh 5. 3 sampai contoh 5. f adalah bentuk-bentuk
pernyataan majemuk.
3.
Nilai Kebenaran Pernyataan
Seperti Anda
ketahui, bahwa suatu pernyataan hanyalah bisa benar saja atau salah saja.
Kebenaran atau kesalahan dari suatu pernyataan disebut nilai kebenaran dari
pernyataan itu. Untuk pernyataan yang mempunyai nilai benar diberi tanda B
(singkatan dari benar) sedangkan kepada pernyataan yang bernilai salah
diberikan nilai kebenaran S (singkatan dari salah).
Ucapan nilai
kebenaran dilambangkan dengan “t” (huruf Yunani tau = 300). Nilai kebenaran
dari suatu pernyataan p ditulis t(p) , dan jika pernyataan p itu adalah benar
maka t(p) = B, sedangkan jika pernyataan p itu salah maka t(p) = S.
Contoh 6
a. Jika p : “5
adalah bilangan genap”, maka (p) = S.
b. Jika q :
“5<9, maka (q) = B.
c. Jika r :
“Semua bilangan prima adalah ganjil”, maka (r) = S.
Perlu diketahui
pula bahwa ada penulis yang memberikan nilai 1 atau benar atau T (True) kepada
pernyataan yang benar, dan memberikan nilai 0 atau salah atau F (False) kepada
pernyataan yang salah.
B.
Operasi-operasi Logika
Seperti sudah
disebutkan sebelumnya, bahwa untuk membentuk suatu pernyataan majemuk dari
beberapa pernyataan tunggal diperlukan adanya kata perangkai. Kata perangkai
disebut pula kata hubung atau perakit yang fungsinya hampir sama dengan
operasi-operasi dalam pelajaran matematika yang sudah Anda kenal, seperti
operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian dan sebagainya. Kata perangkai ini
disebut operasi-operasi logika matematika. Untuk selanjutnya Anda harus dapat
menentukan nilai kebenaran pernyataan-pernyataan majemuk. Hal ini akan dapat dilakukan,
jika diketahui nilai kebenaran komponen-komponennya, yaitu
pernyataan-pernyataan yang digabungkan. Maka sangatlah penting untuk memahami
sungguh-sungguh apa arti masing-masing operasi logika matematika tersebut.
1.
Operasi Negasi
Operasi negasi (negation) atau penyangkalan, atau
ingkaran adalah operasi yang dikenakan hanya pada sebuah pernyataan. Operasi
negasi dilambangkan dengan tanda “~ ” atau “ – “ yang disebut tilde atau curl.
Untuk selanjutnya akan dipakai simbol . Seandainya p sebuah pernyatan tunggal,
maka “~ p” dibaca negasi p atau tidak p, atau bukan p,
adalah pernyataan majemuk. Mungkin ada yang merasa sedikit janggal bahwa negasi
merupakan suatu operasi logika matemtika, sehingga suatu pernyataan bernegasi
atau penyangkalan dari suatu pernyataan merupakan suatu pernyataan majemuk.
Namun jelaslah bahwa dalam pernyataan-pernyataan negasi itu pertama-tama
terdapat suatu pernyataan atau proposisi yang bersifat tunggal, misalnya :
Harimau adalah binatang buas
Untuk menjadikan
suatu pernyataan negasi, diperlukan pernyataan lain, yang menyatakan bahwa
proposisi yang pertama tadi tidak benar, misalnya : Itu tidak benar . Dengan
demikian terdapatlah suatu proposisi negasi yang mejemuk : (Itu) tidak benar
bahwa harimau adalah binatang buas.
Proposisi negasi ini sering dibahasakan dengan
menggunakan kata tidak atau bukan. Proposisi mejemuk di atas juga
bisa dinyatakan sebagai berikut : Harimau
adalah bukan binatang buas. Atau : Tidak
benar bahwa harimau binatang buas Untuk lebih memahaminya coba Anda perhatikan
beberapa contoh berikut ini.
Contoh 7
a. Jika p : 3 +
4 = 7 maka p : Tidaklah benar 3 + 4 = 7 atau : 3 + 4 =7
b. Jika q :
Semua bilangan prima adalah bilangan ganjil maka q : Tidaklah benar semua
bilangan prima adalah bilangan ganjil atau : Beberapa bilangan prima bukan
bilangan ganjil
Kalau Anda
perhatikan, ternyata bahwa negasi dari sebuah pernyataan yang benar adalah
salah, dan negasi dari pernyataan yang salah adalah benar.
Jadi, (p) = B maka (p) = S, dan jika (q) = S maka (q) = B. Secara umum berlaku definisi : Sebuah pernyataan
dan penyangkalannya mempunyai nilai kebenaran yang berlawanan. Definisi ini
dapat ditulis dalam bentuk tabel kebenaran seperti tabel berikut ini :
Baris pertama
(1) merupakan singkatan dari
(1) B S
pernyataan “Jika p benar, maka ~p adalah salah”.
(2) S B pernyataan
“Jika p salah, maka ~p adalah benar”.
Contoh 8
a. Jika p : 30 +
10 = 20, t(p) = S maka p : Tidak benar bahwa 30 + 10 = 20, atau : 30 + 10 >
20, t(p) = B b. Jika r : Beberapa penerbang adalah wanita, t(r) = B maka r :
Tidak benar bahwa beberapa penerbang adalah wanita, t(r) = S atau Salah bahwa
beberapa penerbang adalah wanita, t(r) = S atau Semua penerbang bukan wanita, t(r)
= S
2.
Operasi Konjungsi
Suatu pernyataan
majemuk yang dibentuk dengan cara menggabungkan dua pernyataan tunggal dengan
memakai kata perangkai dan disebut konjungsi (conjunction).
Sedangkan pernyataan-pernyataan tunggal yang digabungkannya disebut
konjung-konjung (komponen-komponen). Dalam logika matematika, operasi konjungsi
yaitu kata dan yang berfungsi sebagai penghubung dua pernyataan tunggal
menjadi pernyataan majemuk dinotasikan dengan tanda “^“ atau “ . “
(dot), tetapi dalam modul ini yang akan dipakai adalah notasi “^“.
Contoh 9
a. Jika p : 7 –
2 = 5 dan q : 5 adalah bilangan prima maka p ^ q : 7 – 2 = 5 dan 5 adalah
bilangan prima.
b. Jika p :
Bandung Ibu kota Jawa barat dan q : 3 + 7 = 10 maka p ^ q : Bandung Ibu Kota
Jawa Barat dan 3 + 7 = 10.
Dalam membentuk
pernyataan majemuk tidaklah diharuskan bahwa pernyataan-pernyataan
tunggal yang digabungkan satu sama lainnya mempunyai suatu arti. Seperti halnya
contoh 9. b di atas, antara pernyataan tunggal yang satu dengan pernyataan
tunggal yang satunya lagi tidak mempunyai kaitan arti apa-apa. Hal ini berlaku
pula untuk kalimat-kalimat majemuk lain yang dibentuk oleh operasi-operasi
logika yang lainnya.
Suatu pernyataan
majemuk sama seperti pernyataan tunggal adakalanya mempunyai nilai kebenaran
benar atau salah, tidak dua-duanya pada saat yang sama. Nilai kebenaran suatu
pernyataan majemuk tergantung pada nilai kebenaran konjung-konjungnya, yaitu
nilai kebenaran dari pernyataan-pernyataan asalnya.
Contoh 10
Untuk lebih
jelasnya coba Anda perhatikan satu contoh berikut ini :
Jika p : Ati
adalah seorang wanita yang cantik.
dan q : Ati
adalah seorang wanita yang pandai
maka p ^ q : Ati
adalah anak yang cantik dan pandai.
Sekarang akan
dicari nilai kebenaran pernyataan-pernyataan majemuk p ^ q, jika nilai
kebenaran dari komponen-komponennya yaitu p dan q diketahui. Dalam hal ini,
jelas bahwa jika p ^ q benar, maka p, q dua-duanya benar. Demikian pula, jika p
dan q masing-masing merupakan pernyataan yang benar, maka dengan sendirinya p ^
q benar pula. Sebaliknya, jika p dan q dua-duanya salah, maka p ^ q pasti
salah. Demikian pula, jika salah satu dari p atau q salah, maka p ^ q juga
salah. Secara umum berlaku definisi berikut: Sebuah konjungsi benar jika
komponen-komponennya benar, tetapi salah jika salah satu komponennya salah atau
kedua-duanya salah.
Dalam bentuk
tabel kebenaran definisi tersebut dapat Anda lihat seperti berikut :
Baris pertama
(1) merupakan singkatan dari Jika p benar dan q benar, maka p dan q adalah
benar
Perlu Anda
perhatikan, bahwa dalam menyusun suatu tabel kebenaran, segala kemungkinan dari
nilai kebenaran komponen-komponennya haruslah disusun secara sistematis di
bawah tiap komponen itu, yang selanjutnya digabungkan dengan operasi yang telah
ditentukan.
Contoh 11
a.
Jika r : Semua bilangan ganjil merupakan
bilangan bulat ; t(r) = B dan s : Semua bilangan genap merupakan bilangan
bulat; t(s) = B maka r ^ s : Semua bilangan ganjil dan bilangan genap merupakan
bilangan bulat; t(r s) = B. b.
b.
Jika p : 2 + 2 3 ; t(p) = B dan q : 4 < 3 ; t(q)
= S maka p ^ q : 2 + 2 3 dan 4 < 3 ; t( p q) = S dan q ^ p : 4 < 3 dan 2
+ 2 3 ; t( q p) = S
c.
Jika x : Jakarta Ibu kota Jawa Barat ; t( x) = S
dan y : Anjing matanya tiga ; t( y) = S maka x ^ y : Jakarta Ibu kota Jawa
Barat dan Anjing matanya tiga ; t( x y) = S
3.
Operasi Disjungsi
Seandainya dua
buah pernyataan tunggal digabungkan dengan kata-kata “ atau “, maka pernyataan
majemuk yang diperoleh disebut “disjungsi” (disjunction
atau alternation), dan masing-masing
dari kedua pernyataan tunggal itu disebut “disjung-disjung (alternative).
Pengertian
disjungsi yaitu yang berkaitan dengan kata “atau“ mempunyai dua arti yang
berbeda. Pertama “atau yang inclusive“ yang disebut juga “atau yang lemah” atau
“atau mencakup” yang dalam bahasa Latin ditunjukkan dengan kata “ vel “,
yaitu kata “atau yang diartikan “dan atau” maksudnya menyatakan salah satu atau
kedua-duanya. Dalam pengertian yang pertama ini kata “atau” dinotasikan dengan tanda “v“ yang merupakan huruf pertama
dari kata vel . dan simbol ini disebut “wedge” atau “vel “. Untuk
lebih jelasnya dari atau inklusif ini kita tinjau sebuah contoh berikut : “Ia
sedang bercerita atau ia sedang memberikan pelajaran”. Kata “atau” di sini
dapat membenarkan kedua bagian pernyataan itu, artinya mencakup bagian-bagiannya.
Sebab orang bisa bercerita sambil memberi pelajaran.
Pengertian yang
kedua, yaitu kata “atau yang exclusive” yang disebut juga “atau yang kuat” atau
“atau memisah”. Dalam kata Latinnya disebut “out”, yaitu kata “atau” yang
menyatakan salah satu tetapi tidak kedua-duanya, dan ditulis dengan simbol “v”.
Sebagai contoh disjungsi eksklusif ini adalah pernyataan majemuk berikut :
“Saya yang pergi atau Anda yang pergi”. Kata atau dalam contoh ini berfungsi
sebagai penghubung yang memisahkan pernyataan yang satu dari yang lain, yaitu
memisahkan “saya yang pergi” atau “Anda yang pergi”. Dalam pernyataan ini tidak
mungkin “saya dan Anda yang pergi” tetapi harus salah satu “saya atau Anda yang
pergi”.
Jadi sebuah
disjungsi yang menggunakan “atau inklusif” menyatakan bahwa paling sedikit
satu komponen benar. Sedangkan disjungsi yang menggunakan “atau eksklusif”
menyatakan bahwa paling sedikit satu komponennya benar tetapi tidak
dua-duanya. Secara umum dapat dinyatakan seperti berikut. Definisi : Sebuah
disjungsi inklusif bernilai benar, jika paling sedikit satu komponennya benar,
dan sebuah disjungsi ekslusif bernilai benar, jika paling sedikit satu
komponennya benar tetapi tidak dua-duanya. Tabel kebenaran “atau inklusif” ( v ),
dan “atau eksklusif” ( v ) adalah seperti tabel berikut :
Untuk pembahasan
selanjutnya yang dimaksudkan dengan kata “atau” adalah “atau imklusif” dengan
notasi “v”. Sedangkan untuk “atau ekslusif” dalam pemakaiannya akan disebutkan
secara tegas.
Contoh 12
a.
Jika p : 2 – 3 3 – 2 ; t(p) = B dan q : 2 + 3 =
3 + 2 ; t(q) = B maka p v q : 2 – 3 3 – 2 atau 2 + 3 = 3 + 2 ; t(p v q ) = B.
b.Jika
r : 4 > 3 ; t(r) = B dan s : 3 < 2 ; t(s) = S maka r v s : 4 > 3 atau
3 < 2 ; t(r v s ) = B dan s v r : 3 < 2 atau 4 > 3 ; t(r v s ) = B.
c.
Jika x = 27 habis dibagi 2 ; t(x) = S dan y :
Jakarta ada di Sumatera ; t(y) = S maka x v y : 27 habis dibagi 2 atau Jakarta
ada di Sumatera ; t(x v y) = S
Contoh 13
(Disjungsi eksklusif)
a. Dua garis
dalam bidang sejajar atau berpotongan
b. Ia sedang
membaca buku atau tidur
c. Saya lahir di
Bandung atau Jakarta
4.
Operasi Implikasi
Dalam matematika
sering ditemukan pernyataan-pernyataan dalam bentuk “jika maka”. Pernyataa
dalam bentuk “jika maka” ini diperoleh dari penggabungan dua pernyataan
tertentu. Misalnya dari pernyataan tunggal p dan pernyataan tunggal q, dibentuk
kalimat baru yang merupakan pernyatan majemuk dalam bentuk “jika p maka q”.
Pernyataan-pernyataan yang berbentuk demikian disebut implikasi (implication),
atau kondisional (conditional statement) atau pernyataan-pernyataan bersyarat.
Pernyataan “Jika p maka q” dinotasikan “ p à q”. Sedangkan kata
penghubung dengan notasi “ à “disebut operasi implikasi.
Contoh 14
Jika p :
Segitiga ABC samakaki dan q : Segitiga ABC mempunyai dua sudut yang sama maka p
à
q : Jika semua segitiga ABC sama kaki, maka segitiga ABC mempunyai dua sudut
yang sama.
Dalam pernyataan
implikasi, komponen kalimat yang terletak diantara “jika” dan “maka”, yaitu
bagian kalimat yang lebih dulu yang menjadi syarat disebut “anteseden” (antecedent).
Sedangkan komponen pernyataan yang ditulis kemudian, yaitu bagian belakang yang
merupakan akibatnya atau yang mengikutinya disebut “konsekwen” (consequent).
Untuk contoh di atas yang menjadi anteseden adalah kalimat p : “Segitiga ABC
samakaki”, dan yang menjadi konsekwen adalah kalimat q : “Segitiga ABC
mempunyai dua sudut yang sama. Sekarang akan diselidiki nilai kebenaran dari
suatu implikasi, tetapi sebelumnya kita tinjau dahulu beberapa implikasi yang
berbeda, sehingga kita dapat melihat adanya macam-macam implikasi yang
berlainan.
Contoh 15
a. Jika p :
Semua kucing suka makan tikus dan q : Si Belang adalah seekor kucing maka p à
q : Jika semua kucing suka makan tikus dan si Belang seekor kucing, maka si
Belang suka makan tikus.
b. Jika p :
Gambar ini adalah sebuah segitiga dan q : Semua segitiga mempunyai tiga sisi
maka p à
q : Jika gambar ini sebuah segitiga, maka gambar ini mempunyai tiga sisi
c . Jika p :
Karet direndam dalam bensin dan q : Karet larut dalam bensin maka p à
q : Jika karet direndam dalam bensin, maka karet tersebut akan larut.
Kebenaran
implikasi ini bukan persoalan logika atau definisi, tetapi konsekwennya
merupakan akibat. Dalam contoh terakhir ini yang ditonjolkan bersifat sebab
menyebab atau hubungan sebab akibat dan harus diselidiki secara empiris. Ketiga
contoh di atas memperlihatkan adanya macam-macam implikasi yang mempunyai
pengertian yang berbeda-beda tentang ungkapan “Jika …, maka …”.
Dengan
memperhatikan adanya perbedaan-perbedaan itu kita akan berusaha menemukan arti
yang sama atau sebagian arti yang sama mengenai tipe-tipe implikasi tersebut.
Dalam hal ini, sebagian arti yang sama dari macam-macam implikasi yang
berlainan akan dapat diketahui, bila kita bertanya : “Keadaan apakah yang cukup
untuk menentukan kesalahan sebuah pernyataan implikasi ?”. Apabila kita tinjau
contoh ketiga di atas, maka pernyataan itu akan salah jika “Karet itu
benar-benar direndam dalam bensin dan tidak larut”. Padahal berdasarkan
pengalaman memang karet itu larut dalam bensin. Untuk lebih jelasnya tentang
dalam hal manakah implikasi yang berbeda-beda itu salah, kita tinjau kembali
ketiga contoh di atas, dalam keadaan berikut :
a. Jika semua kucing suka makan tikus dan si
Belang seekor kucing, maka si Belang tidak suka makan tikus.
b. Jika gambar
itu benar-benar sebuah segitiga, maka gambar itu tidak mempunyai tiga
sisi.
c. Jika karet
itu benar-benar direndam dalam bensin, maka karet itu tidak akan larut.
Nilai kebenaran
dari ketiga implikasi yang baru ini, adalah salah. Jadi, suatu implikasi dengan
anteseden benar dan konsekwen salah haruslah salah. Karenanya
tiap implikasi “Jika p maka q” bernilai salah dalam hal konjungsi : “p ^ ~ q”
benar. Tetapi agar implikasi “Jika p maka q” bernilai benar, maka konjungsi “p
^ ~q” harus salah. Dengan kata lain, supaya suatu implikasi “Jika p maka q”
benar, maka (p q) harus benar. Tabel kebenarannya seperti berikut:
Atau secara
singkatnya tabel kebenarannya seperti berikut :
Secara umum
berlaku : Definisi : Suatu pernyataan implikasi hanya salah jika
antisedennya benar dan konsekwennya salah, dalam kemungkinan lainnya pernyataan
implikasi itu adalah benar
Contoh 16
Bila p dan q
pernyataan-pernyataan yang benar sedangkan r dan s adalah pernyataan-pernyataan
yang salah, maka nilai kebenaran dari tiap pernyataan majemuk berikut
1. p à
q = B
2. q à
r = S
3. r à
s = B
4. s à
p = B
5. r à
( r à
s) = B
6. (r à
s) à
s = S
7. (r à
p) à
(q à
s) = S
8. (r à
p) (~ r à
~p) = S
9. [(p ^ r) àS
] à (p à
s) = S
5.
Operasi Biimplikasi
Selain
operasi-operasi negasi, konjungsi, disjungsi dan implikasi dalam logika
matematika dikenal pula operasi yang dinamakan operasi biimplikasi. Operasi
biimplikasi disebut juga operasi bikondisional ( biconditional),
atau operasi implikasi dwi arah, atau operasi ekuivalensi. Operasi
biimplikasi ini dinotasikan dengan “ <-> ” yang dapat dibaca sebagai “materially
implication” atau “jika dan hanya jika”. Seperti halnya operasi-operasi
binar lainnya, maka untuk membentuk pernyataan majemuk biimplikasi diperlukan
dua pernyataan sebagai komponen-komponennya. Misalnya komponen pertama adalah
pernyataan p dan komponen kedua adalah pernyataan q. Maka pernyataan majemuk “p
ekuivalen dengan q” atau “p jika dan hanya jika q” yang dinotasikan “p
<-> q” mempunyai arti bahwa p à q dan q à
p.
Selanjutnya
sebagai konsekwensi logisnya, p <->q akan mempunyai nilai kebenaran yang
benar hanya jika p à q dan q à p kedua-duanya
bernilai benar. Sedangkan sudah Anda ketahui bahwa implikasi p à
q dan q à p dua-duanya akan benar
hanya jika p benar dan q benar, atau p salah dan q salah, sedangkan dalam
keadaan lainnya tidak mungkin. Sebab, jika p dan q nilai kebenarannya tidak
sama, maka p -> q dan q à p tidak akan saling menyimpulkan berarti
kedua-duanya tidak akan benar. Secara umum berlaku : Denifini : Suatu
biimplikasi p q benar jika nilai kebenaranp sama dengan nilai kebenaran q, dan
biimplikasi p q salah jika nilai kebenaran p tidak sama dengan nilai kebenaran
q. Tabel kebenarannya
Contoh 17
a. Jika p : 2 +
2 = 5 ; (S) dan q : 5 adalah bilangan prima ; (B) maka p <-> q : 2 + 2 =
5 jika dan hanya jika 5 adalah bilangan prima t(p <-> q) = S, sebab (p à
q) = B dan (q à
p) = S
b. Jika p :
Indonesia anggota Asean ; (B) dan q : Pilifina anggota Asean ; (B) maka p
<-> q : Indonesia anggota Asean jika dan hanya jika Pilifina anggota
Asean. t(p <-> q) = B, sebab (p à q) = B dan (q à
p) = B
c. Jika p : 4
< 3 ; (S) dan q : 4 = 3 ; (S) maka p <-> q : 4 < 3 jika dan hanya
jika 4 = 3 t(p <-> q) = B, sebab (p à q) = B dan (q à
p) = B
C.
Pernyataan Berkuantor
1.
Pengertian Kuantor
Suatu kuantor
ialah suatu ucapan yang jika dibubuhkan pada suatu kalimat terbuka akan dapat
mengubah kalimat terbuka tersebut menjadi sebuah kalimat tertutup atau
pernyataan. Pada dasarnya kuantor itu ada dua macam yaitu :
1. Kuantor
universal (universal quantifier)
2. Kuantor
khusus (existensial quantifier)
Kuantor
universal yang disebut pula kuantor umum dilambangkan dengan “∀” yang dibacanya : “setiap“
atau “semua“. Notasi “∀
(x)” dibacanya : “untuk setiap x” atau “untuk semua x”.
Kuantor
eksistensial atau ada yang menyebutnya sebagai kuantor khusus dilambangkan
dengan “x ∃” yang
dibacanya : “sekurang-kurangnya ada satu” atau “ada beberapa”. Untuk notasi “x
∃ (y)” dibacanya :
“ada beberapa y” atau “sekurang-kurangnya ada satu y”.
2.
Pengkuantoran Kalimat Terbuka dengan Dua
Variabel
Seperti sudah
Anda ketahui dalam kegiatan belajar modul lain, bahwa untuk sebuah kalimat
terbuka dengan dua variabel, misalnya x dan y dapat dinyatakan dengan p(x , y)
, q(x , y), dan sebagainya. Untuk keperluan mengubah suatu kalimat terbuka
dengan dua variabel sehingga menjadi kalimat tertutup yang mempunyai nilai
kebenaran, diperlukan dua buah kuantor. Dalam hal ini ada beberapa definisi
dari kombinasi dua buah kuantor yang akan sangat membantu dalam pembicaraan
bagian ini. Definisi : (∀ x ) (x ∃ y ) p (x , y) ó( ∀ x ) [ (x ∃ y ) p (x , y) ], dibacanya
“Untuk setiap x ada y sehingga p(x , y)”.
Jika pada
kalimat terbuka dengan dua variabel, yaitu p (x , y) hanya dibubuhkan satu
kuantor saja, maka bentuk baru itu masih tetap dianggap sebagai kalimat
terbuka, tetapi bentuknya berubah menjadi kalimat terbuka dengan satu variabel.
Adapun yang dianggap variabelnya adalah variabel yang tidak dibubuhi kuantor.
Misalnya :
(∀ x ) p (x , y), kalimat
terbuka dengan satu variabel yaitu y.
(∃ y ) p(x , y), kalimat terbuka
dengan satu variabel yaitu x.
Definisi :
(∃ y ) (∀x ) p (x , y) (∃
y ) [ (∀ x ) p (x , y) ],
dibacanya : “Ada y sehingga untuk setiap x, p (x , y)”.
Contoh 18
p (x , y)
kalimat terbuka : x + 2y = 7. (∀x
) (∃y ) (x + 2y = 7)
Pernyataan berkuantor ini merupakan kalimat tertutup yang benar, karena menurut
definisi di atas, jika sebarang bilangan real disubstitusikan untuk x, maka ada
bilangan rasional y yang sesuai, sehingga untuk x dan y yang bersangkutan tersebut
akan diperoleh jumlah ruas kiri sama dengan 7.
(∀x ) [ (∃ y ) (x + 2y = 7) ] Kalimat tertutup ini benar, karena
menurut definisi di atas akan ada sekurang-kurangnya satu bilangan real sebagai
pengganti y yang memenuhi x + 2y = 7, jika sebarang bilangan real
disubstitusikan untuk x, sehingga untuk x dan y yang sesuai akan diperoleh
jumlah ruas kiri sama dengan 7.
Dari kedua
pernyataan berkuantor di atas nilai kebenarannya sama, yaitu benar. Akibatnya
kedua pernyataan itu merupakan pernyataan-pernyataan yang ekuivalen logis, atau
: (∀x ) (∃y ) (x + 2y = 7) ó
(∀x ) [ (∃y ) (x + 2y = 7) ].
3.
Negasi Pernyataan Berkuantor
Dalam
pembicaraan terdahulu, telah Anda ketahui tentang negasi dari suatu pernyataan.
Jika p sebuah pernyataan, maka negasi dari p ditulis p akan mempunyai nilai
kebenaran yang berlawanan dengan pernyataan asalnya. Hal ini berlaku pada
pernyataan berkuantor. Bila kita akan menentukan negasi dari suatu pernyataan
berkuantor, haruslah berhati-hati dengan pengertian kedua jenis kuantor yang
telah Anda kenal. Terutama perbedaan tentang arti kuantor universal dan kuantor
eksistensial, yaitu tentang arti kata “semua” dan “beberapa”. Apabila kita
perhatikan, bahwa sebenarnya dalam berbagai variasi bentuk-bentuk pernyataan
berkuantor hanyalah ada dua kuantor saja. Kuantor universal yang berarti
“semua” dan kuantor eksistensial yang berarti “beberapa”. Untuk lebih jelasnya,
kita tinjau kembali pengertian negasi dari suatu pernyataan dalam beberapa
contoh berikut ini.
Contoh 19
a. Jika p :
“Semua bilangan asli adalah bilangan bulat”. Pernyataan ini merupakan kalimat
tertutup yang mempunyai nilai kebenaran yang benar untuk semua bilangan
asli. Karena itu negasinya harus menyatakan bahwa sekurang-kurangnya ada
satu bilangan asli yang bukan bilangan bulat, sehingga mempunyai nilai
kebenaran yang salah, yaitu :
~p : “Beberapa bilangan asli bukan bilangan
bulat”.
b. Jika p :
“Beberapa bilangan prima adalah bilangan ganjil”. Pernyataan yang ditentukan
merupakan kalimat tertutup yang nilai kebenarannya benar, dan mengandung
pengertian yang menyatakan sekurang-kurangnya ada satu bilangan prima
yang ganjil. Akibatnya, negasinya harus menyatakan semua bilangan prima
tidak ganjil, dan nilai kebenarannya salah, secara lengkapnya yaitu :
~p : “Semua bilangan prima tidak ganjil”, atau
~p : “Tidak ada
bilangan prima yang ganjil”.
Dari kedua
contoh di atas dapatlah kita tarik beberapa kesimpulan yang akan sangat berguna
dalam menentukan negasi dari suatu pernyataan berkuantor, yaitu :
1. Jika
pernyataan : Semua A ialah B, maka
negasinya : Beberapa A bukan B.
2. Jika pernyataan
: Beberapa A ialah B, maka negasinya :
Semua A bukan B, Tidak ada A yang
merupakan B.
Dua buah
kesimpulan di atas dapat pula kita tulis dalam simbol logika berkuantor sebagai
berikut :
1. (∀x ) p(x) negasinya ~[ (∀x ) p (x) ]
2. (∃ x ) p(x) negasinya ~[ (∃ x ) p(x) ]
Jika lebih jauh
lagi membandingkan diantara kesimpulan dan hal yang logis tentang negasi
seperti kenyataan-kenyataan di atas, maka akan diperoleh postulat-postulat yang
sangat penting tentang negasi pernyataan yang memuat sebuah kuantor,
yaitu : 1. ~[ (∀x ) p(x)
] ó
(∃x ) [ ~p(x) ]
2. ~[ (∃x ) p(x) ] ó(
∀x ) [~ p(x) ]
Postulat yang
pertama dapat dibaca sesuai dengan pengertian yang bersifat logis dan umum,
yaitu “tidak menerima bahwa p(x) memuat semua x” ekuivalen logis dengan
“menerima bahwa ada x yang tidak termuat dalam p(x).
Contoh 20
a. “Tidak semua
orang akan mati “adalah ekuivalen logis dengan “Ada orang yang tidak akan
mati”.
b. “Tidak semua
bunga berwarna merah” berarti “Ada bungan yang tidak berwarna merah”.
Demikan juga
postulat yang kedua, sesuai pula dengan pengertian yang bersifat logis dan
umum, yaitu : “Tidak menerima bahwa ada x yang termuat dalam p(x)” ekuivalen
logis dengan “Menerima bahwa semua x tidak termuat dalam p(x)”.
Contoh 21
a. “Tidak ada
orang yang hidup terus” adalah ekuivalen logis dengan “Semua orang tidak akan
hidup terus”.
b. “Tidak ada
siswa yang sakit” sama artinya dengan “Semua siswa tidak ada yang sakit”. Untuk
lebih memahami kedua postulat di atas, cobalah Anda tentukan negasi
dari tiap
pernyataan contoh berikut sebelum langsung melihat jawabannya.
Dari tadi,
pembahasan negasi dari pernyataan berkuantor ini dikhususkan pada
pernyataan-pernyataan dengan satu kuantor saja. Namun dengan postulat dan
definisi dari bagian terdahulu itu, dapat pula dipakai untuk menyangkal kalimat
tertutup yang memuat dua kuantor.
Contoh 22
Tulislah
negasi-negasi dari kalimat tertutup berikut, dengan ketentuan x dan y adalah
bilangan real.
a. ( x) ( y ) (
2x + y = 4 ) 30
b. ( x ) ( y ) (
x + y y + x )
c. ( x ) ( y )
(xy = yx ).
Jawab :
a. ~( ∀x) (∃y ) ( 2x + y = 4 ) ó~( ∀x) [(∃ y ) ( 2x + y = 4 ) ] ó( ∃x ) [ ~(∃ y ) ( 2x + y = 4 ) ] ó
(∃x ) [ (∀ y )~ ( 2x + y = 4 ) ] ó
(∃x ) (∀ y ) ( 2x + y ≠4 )
b. ~(∃ x ) (∃y ) ( x + y≠ y + x ) ó ~(∃ x ) [ (∃ y ) ( x + y≠ y + x ) ] ó
(∀ x ) [ ~(∃ y ) ( x + y≠ y + x ) ] ó
(∀ x ) [ (∀ y )~ ( x + y≠ y + x ) ] ó
(∀x ) (∀y ) ( x + y = y + x )
c. ~(∀x ) (∀ y ) (xy = yx ) ó ~(∀x ) [ (∀ y ) (xy = yx ) ] ó( ∃x ) [~ (∀y ) (xy = yx ) ] ó
(∃x ) [ (∃ y )~ (xy = yx ) ] ó
(∃x ) [ (∃y ) (xy≠ yx ) ]
Apabila
diperhatikan nilai kebenaran dari tiap pernyataan berkuantor di atas, ternyata
pernyataan contoh satu adalah benar dan negasinya adalah salah. Nilai kebenaran
pernyataan contoh dua adalah salah dan negasinya benar. Sedangkan contoh
pernyataan tiga adalah benar dan negasinya jelas salah.
Sebelum
mengakhiri pembicaraan kuantor ini, ada suatu hal yang perlu untuk disepakati,
yaitu jika dalam suatu kuantor tidak ditentukan himpunan semesta pengganti
variabelnya, maka yang dimaksudkan adalah himpunan yang sifatnya lebih luas.
Misalnya dalam pembicaraan bentuk-bentuk aljabar maka himpunan semesta
penggantinya adalah himpunan bilangan real.
Perlu pula
diketahui bahwa pernyataan berkuantor dan negasinya dapat pula disajikan dengan
bantuan diagram Venn. Bahasan tentang diagram Venn dan pernyataan berkuantor
dapat Anda pelajari secara utuh pada modul mata kuliah Pengantar Dasar
Matematika.
D.
Penarikan Kesimpulan
Dalam bahasan
logika matematika banyak dilakukan kegiatan penalaran yang berhubungan dengan
berbagai pernyataan. Kegiatan penalaran ini meliputi aktivitas berpikir yang
abstrak, karena kegiatannya berkaitan dengan penarikan kesimpulan dari sebuah
proposisi atau lebih. Untuk selanjutnya kegiatan penalaran ini dilambangkan
dengan sesuatu yang disebut argumen.
1.
Argumen
Sebuah argumen
dapat didefinisikan sebagai kelompok proposisi atau pernyataan. Salah satu
dari proposisi atau pernyataan itu diturunkan dari yang lainnya yang dipandang
sebagai dasar yang satu itu. Dengan kata lain, sebuah argumen adalah suatu
kelompok proposisi, sehingga untuk proposisi yang satu diharapkan mengikuti
proposisi yang lain yang dianggap sebagai dasar bagi kebenaran yang satunya
itu. Setiap argumen terdiri dari pernyataan-pernyataan tertentu dan pernyataan
lain yang dapat mengikutinya secara logis.
Pernyataan-pernyataan
tertentu itu disebut premis, sedangkan pernyataan lain disebut konklusi,
dalam bahasa Yunani syllogisme. Untuk selanjutnya, kita diminta
menarik konklusi dari sejumlah premis yang ditentukan. Seandainya konklusi yang
diturunkan ini mengikuti secara logis premis-premis tertentu yang diberikan,
maka argumen tersebut dikatakan valid (syah, shahih, atau absah), jika
tidak demikian dikatakan invalid.
Pengertian
premis dan konklusi adalah relatif, artinya sebuah pernyataan atau proposisi
dapat berperan sebagai premis pada suatu argumen, tetapi ia dapat berberan pula
sebagai konklusi pada argumen yang lain.
Contoh 23
(a) . 1. Semua
pegawai negeri dalam KORPRI
2. Semua KORPRI adalah penerima gaji
3. Jadi semua pegawai negeri penerima
gaji.
(b). 1. Semua
pegawai negeri adalah penerima gaji.
2. Semua penerima gaji adalah karyawan.
3. Jadi pegawai negeri adalah karyawan
Pada contoh (a)
dan (b) di atas, pernyataan-pernyataan (1) dan (2) dinamakan premis-premis,
sedangkan pernyataan (3) dinamakan konklusi. Sedangkan konklusi pada argumen
pertama, yaitu pernyataan (3) pada contoh (a), merupakan premis pada argumen
yang kedua, yaitu pernyataan (1) pada contoh (b).
Perlu diketahui
pula bahwa ada yang menyebutkan premis mayor untuk premis-premis yang pertama
dan premis minor untuk premis-premis yang kedua. Selain pengertian premis dan
konklusi itu relatif, kita harus berhati-hati pula mengenai pengertian valid
dan invalid dari sebuah argumen. Persoalan mengenai valid atau invalid sebuah
argumen harus dibedakan dengan persoalan mengenai benar atau salah sebuah
pernyataan.
Contoh 24
a.
Hitler seorang Polandia ( S )
Semua orang
Polandia orang Eropa ( B )
Jadi Hitler
orang Eropa ( B )
Dalam contoh
pertama ini, nilai kebenaran konklusinya adalah benar yang ditarik secara valid
dari premis pertama yang nilai kebenarannya salah dan premis yang kedua nilai
kebenarannya benar,
b.Hitler
seorang Polandia ( S )
Semua orang
Polandia orang Asia ( S )
Jadi Hitler
orang Asia ( S )
Dalam contoh
yang kedua ini, kebenaran konklusinya salah yang ditarik secara valid dari dua
premis dengan nilai kebenaran yang salah. Sebaliknya, sebuah argumen tidaklah
harus valid, walaupun premis-premisnya serta konklusinya benar.
c.
100 adalah bilangan genap ( B )
Setiap bilangan
genap adalah real ( B )
Jadi 101 adalah
bilangan real ( B )
Semua
pernyataan dalam contoh tiga ini adalah benar, tetapi semua orang dapat
mengetakan bahwa konklusinya tidak mengikuti secara logis dari premis-premis.
Dengan kata lain argumen ini adalah invalid.
Jadi dapatlah
kita ketahui, bahwa suatu pernyataan dapat merupakan premis atau konklusi
bergantung pada konteksnya. Pernyataan itu merupakan premis, bila muncul
sebagai asumsi dalam argumen untuk kepentingan pembuktian suatu pernyataan
lain. Tapi pernyataan itu merupakan konklusi, bila dalam argumen tersebut
muncul sebagai hal yang diminta untuk dibuktikan berdasarkan
pernyataan-pernyataan lain yang diasumsikan.
Sedangkan valid
dan tidak validnya sebuah argumen, tidaklah tergantung pada nilai kebenaran
dari premis-premis dan konklusinya, tetapi tergantung pada penarikan konklusi
dari premis-premisnya. Perhatikan kembali contoh 24(a), (b), dan (c) di atas.
Perlu diketahui
pula bahwa ada dua macam argumen, yaitu argumen deduktik (deductive argument).
Deduktif logika mempunyai tugas untuk menjelaskan sifat dari hubungan yang
berlaku antara premis dan konklusi dalam sebuah valid argumen, serta memberikan
teknik untuk membedakan valid dan invalid dari argumen tersebut. Sedangkan
dalam argumen induktif hanya memerlukan tuntutan bahwa premis-premisnya
memberikan sesuatu dasar untuk konklusinya.
2.
Aturan Penyimpulan \
Jika Anda akan
melakukan penyimpulan, maksudnya tentu untuk menemukan kebenaran. Untuk
melaksanakan kegiatan tersebut, pola berpikirnya bertitik tolak dari
pengetahuan yang sudah ada, artinya berdasarkan pada hal-hal yang diketahui
benar, yaitu hal-hal yang memang benar, atau hal-hal yang benar-benar salah.
Dengan kata lain tentunya kita bertolak dari hal-hal yang mempunyai nilai
kebenaran.
Dalam bentuk
validitas pola berpikir suatu argumen, ada pengetahuan yang menjadi dasar dari
konklusi itu, yaitu premis-premis. Jadi seperti sudah diketahui bahwa semua
proposisi dalam premis harus benar. Syarat ini adalah syarat yang pertama untuk
memperoleh konklusi yang benar dalam hubungannya dengan pemilihan proposisi
pada kegiatan validitas suatu argumen. Selain dari itu, di dalam kegiatan
validitas argumen ada pula hal-hal yang meliputi penyusunan
proposisi-proposisinya. Proposisi-proposisi yang menjadi premis yang dijadikan
dasar penyimpulan haruslah mempunyai susunan yang tepat. Kalau untuk menarik
kesimpulan yang logis, misalnya dalam hal-hal berikut ini.
Contoh 25
a.
Semua segitiga adalah gambar datar (B)
Semua segiempat
adalah gambar datar (B)
Jadi segitiga
adalah segiempat (S)
b.
Semua bilangan asli adalah bilangan real (B)
Semua bilangan
bulat adalah bilangan real (B)
Jadi bilangan
asli adalah bilangan bulat (B)
Kedua contoh di
atas memperlihatkan bagaimana susunan proposisi-proposisi yang menjadi premis
tidak tepat, sehingga tidak dapat dijadikan dasar titik tolak untuk menarik
kesimpulan yang valid. Sebagai lawannya, Anda perhatikan contoh berikutnya.
c.
Semua segitiga adalah poligon (B)
Semua poligon
adalah gambar datar (B)
Jadi segitiga
adalah gambar datar (B)
d.
Semua bilangan bulat adalah bilangan real (B)
Semua bilangan
asli adalah bilangan bulat (B)
Jadi bilangan
asli adalah bilangan real (B)
Dalam contoh
31(c) dan 31(d) di atas, sususnan dari proposisi-proposisi yang menjadi premis
adalah tepat. Jika kegiatan pola berpikir di atas dikosongkan dari isi
pengertian-pengertian di dalamnya, dan digantikan dengan tanda-tanda huruf
tertentu, maka kita dapatkan pola penyusunan berikut :
Semua a adalah b
b adalah c
Jadi a adalah c
atau Semua a dalah c b adalah a
Jadi b adalah c
Kedua pola
kegiatan penarikan kesimpulan di atas adalah sama, yaitu didapatnya penarikan
kesimpulan untuk argumen yang valid.
Semua argumen
apapun sebagai isinya, sebagai pengganti dari huruf-huruf a, b, dan c, asalkan
bentuk susunannya tepat dipastikan tentu konklusinya benar dan merupakan
argumen yang valid. Jadi, huruf a, b, dan c dapat diganti oleh pengertian apa
saja, asal premis-premisnya benar konklusinya juga tentu benar. Misalnya bentuk
itu dijadikan kegiatan pola berpikir berikut:
e.
Semua mojang priangan itu wanita yang luwes
Yuliawati itu
mojang priangan
Jadi Yuliawati
itu wanita yang luwes
Namun kita harus
berhati-hati pula dalam menentukan validitas ini, karena walaupun pola
susunannya sama, akan tetapi kalau struktur proposisi di dalam premis berubah,
maka mungkin didapat argumen yang invalid. Misalnya dalam contoh 31(e) di atas
“Semua mojang priangan” diganti dengan “Beberapa mojang priangan”, maka
struktur premis pertama berubah dan argumennya menjadi invalid, yaitu :
f.
Beberapa mojang priangan wanita luwes
Yuliawati mojang
priangan
Jadi Yuliawati
adalah wanita luwes
Jelaslah bahwa
penarikan kesimpulan di atas tidak dapat diturunkan dari premis-premisnya,
walaupun kedua premisnya adalah benar, Kesesasatan penarikan kesimpulan dari
premis-premis yang benar, sehingga didapat konklusi yang salah seperti di atas
disebut kesesatan non squitur, konklusinya tidak mengikuti secara logis dari
premis-premisnya.
Dalam proses
penalaran dari suatu argumen yang valid, proses berpikirnya berdasarkan
premis-premis yang benar dan penarikan konklusinya yang benar pula. Berdasarkan
asumsi bahwa argumen itu valid, maka ada hubungan kebenaran antara proposisi
yang menjadi premis dan proposisi yang menjadi konklusi. Hal ini dapat
dirumuskan dalam beberapa aturan penyimpulan berikut :
a. Jika
premis-premisnya benar, maka konklusi argumen itu adalah benar. Aturan ini
cukup jelas, karena konklusi itu terkandung dalam premis, sehingga jika
premis-premisnya benar, tentu konklusinya harus benar pula. Sebaliknya jika
konklusinya salah, maka kesalahan itu disebabkan oleh premisnya yang sudah
salah. Kesalahan konklusi sudah terkandung dalam premis yang salah, sehingga
didapatkan suatu aturan penyimpulan yang kedua.
b. Jika konklusi
suatu argumen salah, maka premis-premisnya juga salah. Akan tetapi jika
premis-premis argumen itu salah belum tentu konklusinya salah. Sebagai
akibatnya didapatkan aturan penyimpulan yang ketiga yaitu :
c. Jika
premis-premisnya salah, konklusi argumen itu bisa benar bisa pula salah. Akan
tetapi jika konklusinya benar belum tentu premisnya benar, artinya 37
premisnya dapat
salah. Sebagai akibatnya diperoleh aturan penyimpulan yang keempat.
d. Jika konklusinya
benar, premis-premis argumen bisa benar bisa salah. Selain dari contoh-contoh
terdahulu yang merupakan pemakaian dari aturan-aturan di atas, sekarang kita
tinjau beberapa contoh lain untuk memperlihatkan kebenaran dari aturan-aturan
di atas yang belum diberikan dalam contoh terdahulu.
Contoh 26
a.
9 adalah bilangan prima (S)
Semua bilangan
prima adalah ganjil (S)
Jadi 9 adalah
bilangan ganjil (S)
b.
Napoleon adalah orang Inggris (S)
Semua orang
Inggris adalah orang Eropa (B)
Jadi Napoleon
adalah orang Eropa (B)
c.
Napoleon adalah orang Perancis (B)
Semua orang
Perancis orang Amerika (S)
Jadi Napoleon
adalah orang Amerika (S)
0 komentar:
Posting Komentar